Percaya atau tidak, tetapi ini benar .Ada orang yang kehilangan kemampuan untuk memahami atau mengunakan kata-kata karena kerusakan otak. Akan tetapi, mereka justru menjadi sangat ahli dalam hal lain. Mereka menjadi ahli menandai kebohongan. Dengan melihat perubahan ekspresi wajah dan nada suara seseorang, mereka dapat mengatakan apakah seseorang berbohong atau tidak.
Kondisi saat seseorang kehilangan kemampuan untuk memahami atu mengunakan kata-kata karena kerusakan otak disebut aphasia. Sebuah penelitian yang dilakukan di Massachusetts, Amerika Serikat, telah membuktikan bahwa penderita aphasia adalah pendeteksi kebohongan yang baik.
Pada 100 tahun terakhir, banyak neurologis atau dokter yang mempelajari otak, menyebutkan contoh-contoh kekuatan luar biasa pada penderita aphasia ini. Beberapa bahkan menbandikan kemampuan penderita aphasia ini dengan anjing yang memiliki kemampuan mengungkap kebohongan.
Baru-baru ini, para ilmuwan melakukan uji coba untuk melihat apakah semua yang dikatakan mengenai penderita aphasia ini benar. Mereka meneliti kemampuan mendeteksi kebohongan pada sekelompok orang yang terdiri dari orang normal dan beberapa penderita aphasia. dari percobaan tersebut terbukti bahwa para sukarelawan yang normal masih tetap tertipu dengan kata-kata. Para penderita aphasia jauh lebih andal dalam mengenai kebohongan. Hasil dari penelitian ini dimuat dalam majalah 'Nature'.
Empat belas tahun lalu, neurologis terkenal dari Amerika, Dr.Oliver Sacks, menuliskan pengalamannya dengan pasien aphasia dalam sbeuah buku. Judul buku tersebut sangat menarik: "The Man who Mistook His Wife for a Hat".
Dr.Sacks teringat pada insiden yang terjadi di rumah sakit. Para pasien bangsal aphasia menonton televisi. Presiden Amerika Serikat saat itu,Ronald Reagan, sedang berpidato. Karena ia sebelumnya seorang aktor, membuat pidato yang mengesankan bukanlah masalah baginya. Ia mencoba untuk mencurahkan perasaan pada setiap kalimat dan kata yang diucapkannya.
Akan tetapi, pidato itu memberikan efek berkebalikan bagi para penderita aphasia. Mereka sama sekali tidak terkesan padanya. Sebaliknya seisi bangsa riuh dengan suara tawa. Para penederita aphasia tahu bahawa sang Presiden tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya. Sang presiden telah berbohong!
Banyak dokter yang menganggap pasien penderita aphasia sebagai orang yang kurang normal karena mereka mampu untuk memahami kata. Dr.Sacks justru melihat mereka kurang sebagai orang yang dikaruniai bakat. Orang normal dapat terhanyut oleh kata-kata. Penderita aphasia tak mammpu memahami kata-kata, tetapi mereka tetap memahami maksud. Bagi Dr.Sacks itu adalah indikasi bahwa mereka memiliki tingkat sensitifitas yang superior.
Ia berkata bahwa para penderita aphasia memiliki tingkat pemahaman superior. Jadi, saat orang normal menganggap penderita aphasia sebagai penderita kerusakan otak, mereka sesungguhnya memahami ekspresi manusia lebih baik dari mereka.
Source : Unik tapi Nyata, Tahukah Kamu ? By Diah Erna Nova Dewi.
Kondisi saat seseorang kehilangan kemampuan untuk memahami atu mengunakan kata-kata karena kerusakan otak disebut aphasia. Sebuah penelitian yang dilakukan di Massachusetts, Amerika Serikat, telah membuktikan bahwa penderita aphasia adalah pendeteksi kebohongan yang baik.
Pada 100 tahun terakhir, banyak neurologis atau dokter yang mempelajari otak, menyebutkan contoh-contoh kekuatan luar biasa pada penderita aphasia ini. Beberapa bahkan menbandikan kemampuan penderita aphasia ini dengan anjing yang memiliki kemampuan mengungkap kebohongan.
Baru-baru ini, para ilmuwan melakukan uji coba untuk melihat apakah semua yang dikatakan mengenai penderita aphasia ini benar. Mereka meneliti kemampuan mendeteksi kebohongan pada sekelompok orang yang terdiri dari orang normal dan beberapa penderita aphasia. dari percobaan tersebut terbukti bahwa para sukarelawan yang normal masih tetap tertipu dengan kata-kata. Para penderita aphasia jauh lebih andal dalam mengenai kebohongan. Hasil dari penelitian ini dimuat dalam majalah 'Nature'.
Empat belas tahun lalu, neurologis terkenal dari Amerika, Dr.Oliver Sacks, menuliskan pengalamannya dengan pasien aphasia dalam sbeuah buku. Judul buku tersebut sangat menarik: "The Man who Mistook His Wife for a Hat".
Dr.Sacks teringat pada insiden yang terjadi di rumah sakit. Para pasien bangsal aphasia menonton televisi. Presiden Amerika Serikat saat itu,Ronald Reagan, sedang berpidato. Karena ia sebelumnya seorang aktor, membuat pidato yang mengesankan bukanlah masalah baginya. Ia mencoba untuk mencurahkan perasaan pada setiap kalimat dan kata yang diucapkannya.
Akan tetapi, pidato itu memberikan efek berkebalikan bagi para penderita aphasia. Mereka sama sekali tidak terkesan padanya. Sebaliknya seisi bangsa riuh dengan suara tawa. Para penederita aphasia tahu bahawa sang Presiden tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya. Sang presiden telah berbohong!
Banyak dokter yang menganggap pasien penderita aphasia sebagai orang yang kurang normal karena mereka mampu untuk memahami kata. Dr.Sacks justru melihat mereka kurang sebagai orang yang dikaruniai bakat. Orang normal dapat terhanyut oleh kata-kata. Penderita aphasia tak mammpu memahami kata-kata, tetapi mereka tetap memahami maksud. Bagi Dr.Sacks itu adalah indikasi bahwa mereka memiliki tingkat sensitifitas yang superior.
Ia berkata bahwa para penderita aphasia memiliki tingkat pemahaman superior. Jadi, saat orang normal menganggap penderita aphasia sebagai penderita kerusakan otak, mereka sesungguhnya memahami ekspresi manusia lebih baik dari mereka.
Source : Unik tapi Nyata, Tahukah Kamu ? By Diah Erna Nova Dewi.